Segala puji bagi Allah, Rabb semesta alam. Shalawat dan salam kepada Nabi kita Muhammad, keluarga dan sahabatnya.
Kisah ini adalah kisah berharga yang kami tujukan bagi para penghafal
Al Qur’an. Terserah ia adalah penghafal qur’an yang kaamil (sempurna),
atau hanya 10 juz, 5 juz atau bahkan beberapa surat saja.
Ia
adalah seorang yang Allah telah beri nikmat untuk menghafalkan Al Qur’an
sejak kecil. Ia sudah menghafalkannya dengan tertancap mantap di dalam
hati. Sampai katanya, ia tidak pernah melupakan satu ayat pun dalam
bacaannya dan hafalannya. Dan ini sudah dikenal oleh guru dan
orang-orang sekitarnya.
Suatu waktu, ia berpindah ke negeri
lain untuk bekerja. Di sana ia tinggal bersama beberapa orang ikhwan dan
sahabatnya. Beberapa hari berlalu, beberapa temannya menyetel kaset
yang berisi lagu-lagu sehingga ia pun mendengarnya. Pada awalnya, ia
enggan memperhatikan musik tersebut. Bahkan ia sendiri menasehati
teman-temannya akan terlarangnya musik. Namun apa yang terjadi beberapa
waktu kemudian? Perlahan-lahan, ia terbuai dengan musik. Bahkan ia pun
mendengar bagaimana senandung indah dari musik tersebut. Ia dan
teman-temannya sampai-sampai mendengarkan musik tersebut sepanjang malam
hingga datang fajar.
Hal di atas berlangsung selama tiga bulan
lamanya. Setelah itu, ia kembali ke negerinya. Suatu saat ia shalat.
Setelah membaca Al Fatihah, ia membaca surat lainnya. Apa yang terjadi?
Ketika itu ia tidak mampu melanjutkan bacaan selanjutnya dari surat
tersebut. Ia pun mengulanginya lagi setelah itu, ia pun tidak bisa
melanjutkannya. Hingga ia menyempurnakan shalatnya. Setelah itu ia
membuka mushaf Al Qur’an Al Karim dan mengulangi ayat yang tadi ia
membaca. Ia pun mengulangi bacaan ayat tadi dalam beberapa shalat. Yang
ia dapati seperti itulah. Setiap kali ia mengulangi hafalannya, ternyata
sudah banyak ayat yang terlupa.
Setelah itu ia pun merenung.
Ia memikirkan bagaimanakah dulu ia adalah orang yang telah hafal qura’an
dengan begitu mantap. Namun sekarang banyak yang terlupa. Ia pun
akhirnya menangis tersedu-sedu. Ia kemudian menunduk pada Allah sambil
menangis. Ia menyesali dosa, segala kekurangan dan kelalaian yang ia
lakukan. Ia betul-betul menyesali bagaimana bisa lalai dari amanat Al
Qur’an yang telah ia emban. Ia pun akhirnya menjauh dari
sahabat-sahabatnya tadi. Ia kembali mengulang hafalan Qur’annya siang
dan malam dalam waktu yang lama. Ia pun meninggalkan musik. Ia akhirnya
benar-benar bertaubat pada Allah. Namun usaha dia untuk mengulangi
hafalan saat itu lebih keras dari sebelumnya
Benarlah kata penyair Arab:
Jika engkau diberi nikmat, perhatikanlah Ingatlah bahwasanya maksiat benar-benar menghilangkan nikmat. Perhatikanlah untuk selalu taat pada Rabb Al Baroyaa Karena Rabb Al Baroyaa itu amat pedih siksa-Nya.
Benarlah kata Imam Asy Syafi’i: Aku pernah mengadukan pada Waki’ tentang buruknya hafalaku Maka ia pun menunjukiku untuk meninggalkan maksiat Ia mengabarkan padaku bahwa ilmu adalah cahaya Cahaya Allah tidak mungkin ditujukan pada orang yhang bermaksiat[1]
Benar pula kata Ibnul Qayyim:
“Sungguh nyanyian dapat memalingkan hati seseorang dari memahami,
merenungkan dan mengamalkan isi Al Qur’an. Ingatlah, Al Qur’an dan
nyanyian selamanya tidaklah mungkin bersatu dalam satu hati karena
keduanya itu saling bertolak belakang. Al Quran melarang kita untuk
mengikuti hawa nafsu, Al Qur’an memerintahkan kita untuk menjaga
kehormatan diri dan menjauhi berbagai bentuk syahwat yang menggoda jiwa.
Al Qur’an memerintahkan untuk menjauhi sebab-sebab seseorang melenceng
dari kebenaran dan melarang mengikuti langkah-langkah setan. Sedangkan
nyanyian memerintahkan pada hal-hal yang kontra (berlawanan) dengan
hal-hal tadi.”[2]
Semoga jadi renungan berharga bagi kita
semua, pecinta Al Qur’an dan yang ingin menghafalkannya secara sempurna
atau sebagiannya.
Alhamdulillahilladzi bi ni’matihi tatimmush sholihaat.
Hii..sista and brother !!!
Kenalin, namaku Febrina Dharmayanti. Bisa dipanggil febrina aja.
Di blog ini aku bakal tuangin semua hasil karyaku..
Jangan bosan mampir diblog ku ya sist and bro !!! :)